hujan belum tiba, tapi
matahari enggan menampakkan silaunya. seperti biasa, seperti hari-hari
sebelumnya, aku berkeliling kompleks untuk memantau pekerjaan mereka.
progress yang cukup baik, pekerjaan mereka juga semakin meningkat. dalam
hati ada kepuasan tersendiri. ini akan jadi hadiah akhir tahun yang
menyenangkan. aku tersenyum kecil lalu perlahan mempercepat laju
motorku.
tapi sayang, kegembiraanku tak berlangsung lama. saking bahagianya, aku lengah dan kurang memperhatikan jalan. mendekati persimpangan, aku lupa membunyikan klakson dan tidak menurunkan kecepatan motorku. akibatnya, tak terelakkan lagi, sebuah motor dari arah kiri melaju sama kencangnya dan menabrakku dari samping. spontan aku menginjak rem dalam-dalam, tapi terlambat. terlanjur terjadi benturan yang cukup keras. kurasa sang pengendara motor itu juga tak sempat menginjak remnya. aku tidak sampai terpental, tapi ternyata motor kami malah saling berkait. aku kaget, kemudian langsung menoleh ke arah sang pengendara motor itu. ternyata laki-laki. ia lantas membuka helmnya dan langsung memelototiku.
sepuluh menit berlalu tanpa ada penyelesaian. sakit sampai tak kurasakan lagi. aku dan pengendara motor itu terus saja berdebat. sampai akhirnya ada seseorang yang datang berusaha menengahi. dan tak pernah kuduga, kau yang kebetulan lewat di lokasi tempat kejadian perkara, memilih mampir dan menjadi pahlawan untuk menyelesaikan semuanya.
hujan selalu punya cerita...
kau dan aku, kita...
selalu bertemu saat hujan tiba...
ada apa...??
apakah hujan memang takdir kita...??
tapi sayang, kegembiraanku tak berlangsung lama. saking bahagianya, aku lengah dan kurang memperhatikan jalan. mendekati persimpangan, aku lupa membunyikan klakson dan tidak menurunkan kecepatan motorku. akibatnya, tak terelakkan lagi, sebuah motor dari arah kiri melaju sama kencangnya dan menabrakku dari samping. spontan aku menginjak rem dalam-dalam, tapi terlambat. terlanjur terjadi benturan yang cukup keras. kurasa sang pengendara motor itu juga tak sempat menginjak remnya. aku tidak sampai terpental, tapi ternyata motor kami malah saling berkait. aku kaget, kemudian langsung menoleh ke arah sang pengendara motor itu. ternyata laki-laki. ia lantas membuka helmnya dan langsung memelototiku.
"eh mbak, kalo bawa motor tuh hati-hati!"aku dan sang pengendara motor itu terlibat dalam adu mulut hebat. tidak peduli dengan orang-orang sekitar yang mulai menontoni kami yang sedang beradu argumen. tidak ada salah satu dari kami yang mau mengalah, tak ada yang mau disalahkan. padahal baik aku maupun pengendara motor itu sama-sama salah. tapi itulah manusia, selalu merasa paling benar. manusiawi kan?
"mas nya juga gak hati-hati!"
"mbak, bisa bawa motor gak sih?!"
"lho, trus kalo gak bisa bawa motor, itu tadi saya ngapain?"
"mbak ini jangan-jangan SIMnya nembak ya?"
"emang mas nya ini lulus tes apa? paling nembak juga!"
"eh mbak, udah salah masih ngotot!"
"sekarang coba lihat posisi motor kita, ini siapa yang nabrak siapa?"
"kalo mbak gak ngebut, gak mungkin saya nabrak!"
"lho, emang mas nya gak ngerasa ngebut ya?"
sepuluh menit berlalu tanpa ada penyelesaian. sakit sampai tak kurasakan lagi. aku dan pengendara motor itu terus saja berdebat. sampai akhirnya ada seseorang yang datang berusaha menengahi. dan tak pernah kuduga, kau yang kebetulan lewat di lokasi tempat kejadian perkara, memilih mampir dan menjadi pahlawan untuk menyelesaikan semuanya.
"sudah mas, kalau ribut begini terus gak akan selesai. gini aja, mending mas bawa motor mas ke bengkel depan itu, nanti saya perbaiki. saya montir di sana. mas tenang aja, gak usah bayar, biar nanti saya yang tanggung biayanya."aku hanya terdiam menyaksikan peristiwa barusan. tak ada sepatah kata pun keluar dari bibirku. masih tak percaya, kau datang, kau mengaku sebagai kakakku, dan membelaku, bahkan rela tidak dibayar demi menanggung kesalahanku. padahal baru setengah bulan yang lalu kita saling bercerita tentang tempat tinggal kita (baca: baru mulai akrab). hey, kau, tolong tampar aku, aku tidak sedang bermimpi kan?
"gak usah sok jadi pahlawan sama mbak ini. dia salah, dia yang gak liat-liat lagi. pokoknya dia harus tanggung jawab."
"lho, saya kan udah menawarkan bantuan, mas. saya udah mau bertanggung jawab memperbaiki motor mas secara gratis lho. lagian mas apa gak kasihan? dia ini cewek, masak mas tega sih?"
"kamu ini, kok mati-matian belain dia sih? emang kamu siapanya dia? sok kepahlawanan segala!"
"saya kakaknya. kenapa? salah kalau saya bela adik saya? sudah mas, sekarang mas tinggal pilih, saya perbaiki motornya secara gratis, atau mas pulang dengan motor yang babak belur begitu?"
"hmmm...."
"jangan kelamaan mikir, sebelum saya berubah pikiran. kalau mas setuju, silahkan bawa motor mas ke bengkel di depan situ, nanti sore bisa mas ambil lagi."
"okelah..."
"hey, kamu gak papa?"kau menunjuk ke arah dengkul kiriku. astaga! ternyata berdarah, masih mengalir cukup deras. anehnya, tadi aku tidak merasakan apa-apa. tapi setelah kulihat darahnya, barulah aku merasakan sakit yang luar biasa.
"eh? iya kak, gak papa..."
"bohong! itu kenapa?"
"ayo ikut aku, kita ke klinik."lalu kemudian kau memboncengku menggunakan motormu, kau menemaniku ke klinik. di sepanjang perjalanan menuju klinik, kau kembali menjadi dirimu yang diam. tak sepatah kata pun terucap. biasanya aku akan memulai percakapan, tapi kali ini aku memilih untuk diam karena harus menahan sakit. setiba di klinik pun kau tetap diam. kau hanya memandangi aku yang sedang meringis kesakitan ketika perawat mengobati lukaku. bahkan dalam perjalanan mengantarku pulang pun kau masih tetap diam. sumpah, aku benci keadaan ini. akhirnya aku tak tahan dengan "kediaman" ini. aku memutuskan untuk memulai percakapan (lagi dan lagi, seperti biasa).
"motorku?"
"aku udah hubungi temenku, bentar lagi dia kesini, biar dibawa ke bengkel juga."
"makasih ya kak... jadi gak enak, ngerepotin..."
"udah gak papa. ayo jalan sekarang."
"kak, terima kasih ya."tolong tampar aku lagi, ini nyata kan? ayo, cubit aku....
"iya, sama-sama."
"malem ini istirahat aja ya kamu, gak usah begadang-begadang."
"begadang? begadang apa?"
"kamu lupa? ini kan malam pergantian tahun..."
"eh, iya ya?"
"makanya jangan keasyikan kerja, sampe gak tahu tanggal lagi..."
"hehee..."
"aaaw..."kau mengajakku ke salah satu ruko di tepian jalan, kau kemudian memarkirkan motormu di teras ruko yang tertutup. sengaja kau mencari ruko yang tertutup agar bisa memarkirkan motor lebih leluasa. so sweet, ternyata kau sengaja ikut memarkirkan motor di tempat teduh agar aku bisa tetap duduk. ya ampun, aku jadi salah tingkah. dan ajaib, begitu kau selesai memarkir motor, hujan turun dengan lebatnya. kau langsung tersenyum memandangku.
"kenapa? sakit lagi ya?"
"iya kak...."
"tahan ya, bentar lagi sampe..."
"kak..."
"iya, kenapa?"
"gerimis, bentar lagi mau hujan..."
"yah, kalo hujan terpaksa kita berteduh dulu...."
"iya kak..."
"kenapa kak? kok ketawa?"
"Tuhan baik ya, pas banget kita sampe sini baru turun hujan."
"hujan lagi kak..."
"iya... hmmm, nanti sampe rumah, istirahat ya, biar cepat sembuh..."
"eh?"
"iya, biar nanti jadi kondangan bareng... hehehee..."
"owalah... iya kak, iya...."
*******************
hujan selalu punya cerita...
kau dan aku, kita...
selalu bertemu saat hujan tiba...
ada apa...??
apakah hujan memang takdir kita...??