selalu ada cerita di kala hujan...
tadi siang hujan lagi, dan lagi-lagi harus terperangkap di satu keadaan yang tidak mengenakkan. aku yang baru saja selesai membeli minuman kaleng dari minimarket di persimpangan jalan, tidak bisa kembali ke tempat kerja karena hujan yang mengguyur secara tiba-tiba. sementara aku tidak membawa helm, jaket, atau apapun yang bisa kugunakan untuk menutupi kepala. dan akhirnya aku terpaksa berdiri di teras minimarket itu sampai hujan mereda.
tak ada bangku, tak ada gardus, tak ada apapun yang bisa dijadikan tempat duduk. sementara kakiku mulai pegal. akhirnya minuman kaleng yang kubeli itu segera kuhabiskan, kemudian aku menduduki motor milik salah satu karyawan minimarket itu. persetan dengan mereka, yang penting aku bisa duduk. anehnya, kenapa aku hanya sendirian? tidak adakah orang lain yang berbelanja di minimarket ini? dan sialnya, aku mulai kedinginan. aku bersedekap, angin mulai menggoyahkanku, aku semakin mempererat dekapanku.
kau malah bengong...
kau tersenyum, entah karena malu atau salah tingkah. tapi akhirnya mendekat juga. kau memasukkan tangan kananmu ke kantong jaketmu yang sebelah kiri, sedangkan tangan kirimu kau masukkan ke kantong celana. lagi dan lagi, kau diam lagi. kupikir setelah kita saling mengenal, kau akan sedikit lebih "bawel" dari biasanya. tapi ternyata tak ada pengaruhnya. kau lebih suka menikmati keadaan yang semakin dingin dalam kebisuan ketimbang menghangatkan diri dengan celotehan tak bermakna. baiklah, sepertinya harus aku yang memulainya lagi.
tadi siang hujan lagi, dan lagi-lagi harus terperangkap di satu keadaan yang tidak mengenakkan. aku yang baru saja selesai membeli minuman kaleng dari minimarket di persimpangan jalan, tidak bisa kembali ke tempat kerja karena hujan yang mengguyur secara tiba-tiba. sementara aku tidak membawa helm, jaket, atau apapun yang bisa kugunakan untuk menutupi kepala. dan akhirnya aku terpaksa berdiri di teras minimarket itu sampai hujan mereda.
tak ada bangku, tak ada gardus, tak ada apapun yang bisa dijadikan tempat duduk. sementara kakiku mulai pegal. akhirnya minuman kaleng yang kubeli itu segera kuhabiskan, kemudian aku menduduki motor milik salah satu karyawan minimarket itu. persetan dengan mereka, yang penting aku bisa duduk. anehnya, kenapa aku hanya sendirian? tidak adakah orang lain yang berbelanja di minimarket ini? dan sialnya, aku mulai kedinginan. aku bersedekap, angin mulai menggoyahkanku, aku semakin mempererat dekapanku.
"udah tahu mau turun hujan, kok gak pake jaket sih?"tiba-tiba ada seseorang yang menangkupkan jaketnya ke punggungku. suaranya, sepertinya aku kenal. familiar. sangat familiar. suara yang sama, yang terakhir kudengar ketika sama-sama terjebak di dalam mobil itu.
"kakak?"dan lagi, sesaat kemudian sunyi. hanya terdengar suara hujan yang semakin lama malah semakin deras, deru angin juga menambah dingin suasana. kau masih berdiri di sebelahku, padahal kau bisa saja meninggalkanku karena kau juga mengendarai motor. tapi kau malah menangkupkan jaketmu di punggungku, padahal kau juga kedinginan. ah, seperti sinetron. tapi tidak, ini nyata.
"kaget gitu..."
"iya, hehee... kirain tadi cuma aku yang belanja di sini."
"aku udah liat kamu dari tadi, tapi kamu gak sadar..."
"lagian kakak gak manggil sih, mana aku tahu..."
"iya juga..."
"sini kak, merapat..."
kau malah bengong...
"eh, malah bengong, sini... kakak kedinginan kan? ini, masukin tangannya ke kantong jaket ini... jaket kakak anget kok..."
kau tersenyum, entah karena malu atau salah tingkah. tapi akhirnya mendekat juga. kau memasukkan tangan kananmu ke kantong jaketmu yang sebelah kiri, sedangkan tangan kirimu kau masukkan ke kantong celana. lagi dan lagi, kau diam lagi. kupikir setelah kita saling mengenal, kau akan sedikit lebih "bawel" dari biasanya. tapi ternyata tak ada pengaruhnya. kau lebih suka menikmati keadaan yang semakin dingin dalam kebisuan ketimbang menghangatkan diri dengan celotehan tak bermakna. baiklah, sepertinya harus aku yang memulainya lagi.
"kakak diundang ke resepsi pernikahan anaknya pak bambang?"ah, dasar aku bego. jelas saja kau pergi dengan nanang, dia kan sepupumu, rumahnya bersebelahan dengan rumahmu, dan dia juga satu pekerjaan denganmu. jadi sudah pasti kalian akan pergi bersama. "bodoh. sudahlah, jangan berharap dia akan mengajakmu..." bahkan hatiku menyuruhku begitu.
"iya... kamu juga?"
"iya, aku juga..."
"oooh..."
"hmmm, nanti kakak pergi sama siapa?"
"paling sama kak nanang."
"oooh, berdua sama kak nanang ya?"
"iya..."
"kamu pergi sama siapa?"oke, kali ini sepertinya kau mulai sedikit "melumer". sudah mulai berani "nge-modus". yah, entah itu hanya sekedar modus atau benar-benar tulus. yang pasti, selalu ada pelangi sehabis hujan...
"belum tahu kak. pengen nitip amplop aja, tapi gak enak, pak bambang baik banget sama aku."
"ya udah, bareng aja."
"lho, katanya tadi kakak bareng kak nanang?"
"iya, emang bareng kak nanang, tapi bawa motor masing-masing. gitu."
"ooooh... gitu..."
"jadi gimana? mau bareng?"
"hmm, boleh deh..."
"nanti aku jemput kamu... tenang, 5 menit sampe, aku udah tahu rumahmu, ternyata emang deket banget rumah kita...hehehee..."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar