welcome to the page

welcome to the page

Rabu, 11 Juni 2014

Sebuah Persimpangan

Berkutat dengan pekerjaan yang kugeluti saat ini memiliki banyak suka dan dukanya. Ada banyak hal unik yang kujumpai setiap hari, bahkan ada yang sedikit menyisakan trauma. Trauma? Iya, trauma. Karena ada satu insiden yang cukup berbahaya yang terjadi dan cukup membuatku sedikit trauma.

Bayangkan, kau sedang mengendarai motor dengan kecepatan sedang, lalu melintasi sebuah persimpangan. Sialnya, kau lupa mengurangi kecepatan. Lebih sialnya lagi, kau lupa kalau rem motormu belum diservis. Lalu terjadilah insiden itu, sebuah truk pengangkut tanah melintas di simpang yang sama, datang dari arah kiri, hendak membelok ke kiri (arah yang sama dengan arah yang kau tuju). Tapi ketika melihatmu kehilangan kendali, sopir truk malah menghentikan mobilnya tepat di tengah persimpangan. Ketika kau hendak menginjak pedal rem, semua sudah terlambat, spakbor depan motormu sudah menghantam bodi samping truk itu, lalu tersangkut. Kau panik, ditambah lagi sopir truk yang dengan segera memakimu. Kau semakin panik karena mulai banyak orang yang menontonimu. Ya, hanya menontonimu, tak ada yang datang menolongmu. Cukup lama sampai akhirnya seorang temanmu yang datang menolongmu, lalu seorang yang lain menjemputmu, mengajakmu masuk ke dalam mobilnya, dan menyuruhmu minum agar segera tenang (sementara motormu yang ringsek itu dihandle oleh temanmu yang satu lagi).

Bagaimana jika kau yang jadi aku, mengalami insiden itu? Bagaimana perasaanmu? Kacau? Bingung? Malu? Sakit? Semuanya... Ya, semuanya. Sedikit menyisakan trauma. Sekarang, ketika aku melintasi simpang itu lagi, aku segera waspada, mengurangi kecepatan motorku, lalu menoleh ke kanan-kiri. Tak lupa kubunyikan klakson motorku yang suaranya membahana itu. Hanya antisipasi, jangan sampai terjadi insiden memalukan itu lagi. Memang kesalahanku, terlalu terburu-buru, kurang hati-hati, dan tidak melihat ke kanan-kiri lagi. Belajar dari kesalahan itu, aku semakin berhati-hati setiap kali akan melewati sebuah persimpangan.

Persimpangan...
Dalam hidup ini pun kita selalu berhadapan dengan persimpangan, begitu banyak pilihan yang membingungkan. Kita akan ke kanan, atau ke kiri, atau lurus? Jauh-jauh sebelum bertemu dengan persimpangan itu seharusnya kita sudah tahu hendak ke mana arah langkah kita, ke mana tujuan kita, sehingga kita dapat melangkah lebih pasti. Jangan terburu-buru. Siapa tahu dari arah lain ada yang sedang melaju dengan kecepatan tinggi juga. Bila salah langkah, akan terjadi "insiden tabrakan" seperti yang kualami.

Di persimpangan akan terjadi banyak pertemuan. Di persimpangan juga akan terjadi banyak perpisahan. Karena setiap pertemuan memang akan berakhir dengan perpisahan, yang kemudian untuk mengalami pertemuan lagi, perpisahan lagi, begitu seterusnya. Hidup ini adalah seni memilih. Dalam hidup ini dunia menawaran banyak pilihan. Tinggal kita yang harus bijak dalam memilihnya.

Selasa, 10 Juni 2014

Aku, si Perasa yang Pemalas (Melankolis-Plegmatis)


Hai, cukup lama aku meninggalkan rutinitasku karena ada beberapa hal yang menurutku perlu untuk didahulukan, dan tapi pada akhirnya tetap saja tidak selesai-selesai (if you know what I mean). Jadi, setelah sekian lama aku berhenti, hari ini aku mencoba untuk mengobati rasa rinduku pada rutinitasku lagi. Yep, aku mencoba menulis lagi. So, apa yang akan kutulis? Lihat saja, tidak usah banyak komentar.

Entah kenapa beberapa waktu belakangan aku merasa seperti memiliki dua kepribadian yang bertentangan dan terperangkap dalam satu tubuh yang seolah tak berdaya. Di satu sisi aku merasa "bahagia", tapi di sisi lain aku seperti merasa "bersalah". Aku bingung, ada apa ini sebenarnya? Sampai aku berfikir, mungkin tiap manusia terlahir dengan kepribadian ganda, karena aku yakin, sebagian besar manusia di bumi ini pasti pernah mengalami satu momen "bertentangan dengan diri sendiri" (entah teori dari mana itu, hahaa). Sampai akhirnya aku memutuskan googling tentang tipikal kepribadian manusia, dan aku menemukan beberapa artikel tentang empat tipikal kepribadian manusia itu.

Tidak perlu panjang lebar aku menjelaskannya, semua orang pasti sudah paham betul tentang Sanguinis, Koleris, Plegmatis, dan Melankolis. Untuk kali ini aku hanya akan menjelaskan karakter macam apa yang "hidup" dalam diriku (yang kadang aku pun merasa sebal dengan diriku sendiri). Setelah banyak membaca artikel psikologi tentang kepribadian manusia dan mencoba menjawab psikotes-psikotes tentang kepribadian, ternyata aku adalah perpaduan antara Melankolis-Plegmatis. Dua kepribadian inilah yang sering saling bertentangan dan "berperang" dalam diriku, tinggal lihat siapa yang paling dominan dan akan "memenangkan peperangan" dalam batin.

Dalam pergaulan, aku cenderung pendiam, tidak banyak bicara, lebih suka mendengarkan, sering menarik diri, dan lebih suka bekerja di balik layar. Di sisi lain, ketika menghadapi sesuatu, aku sering berprasangka buruk, mudah curiga, negative thinking, cenderung pemilih, dan sering berekspektasi tinggi. Ketika sesuatu yang terjadi tidak sesuai dengan yang diekspektasikan, maka akan mengalami kekecewaan yang luar biasa. Aku sangat suka musik dan puisi, tak heran aku lebih suka menghabiskan waktu mendengarkan musik sambil membaca tulisan-tulisan indah milik Kahlil Gibran, yang terkenal sangat puitis. Kemudian, di kondisi lainnya, aku sering merasa terlalu perasa, gampang tersinggung, lalu kemudian menikmati rasa sakitnya sendiri tanpa bisa mengungkapkannya, dan pada akhirnya hanya memendam. Aku gampang menangis, kadang hanya karena melihat sesuatu yang mungkin menurut orang-orang kebanyakan hanya hal sepele (Misal : melihat anak kucing yang mengeong-ngeong di pinggir jalan mencari induknya, hatiku bisa mendadak pilu dan mata berkaca-kaca. Pasti dianggap lebay). Aku juga sedikit sulit mengungkapkan sesuatu, misalnya aku marah pada seseorang, aku memilih diam dan memendam, jadilah seperti "pendendam". Tapi ketika aku bersama sahabat terbaikku (teman dekatku), aku seakan-akan berubah menjadi seseorang yang sangat ekstrovert, sangat terbuka, dan berapi-api menceritakan segalanya. Aku menjunjung tinggi loyalitas, ketika aku sudah merasa nyaman dengan seorang sahabat, aku akan rela melakukan apapun untuk sahabatku dan tidak pernah memperhitungkannya. Aku siap menampung curhat, mampu memberikan solusi, sangat perhatian dan siap memberikan ‘segalanya’ untuk sahabatku tanpa mengharapkan pamrih. Ini semua adalah pengaruh dari si Melankolis.

Tapi di sisi lain, si Plegmatis juga punya kendali besar dalam diriku. Aku benci perdebatan dan perselisihan, aku cenderung lebih suka mengalah, menjauh, dan menghindar bila ada suatu konflik. Bukan berarti aku payah, bukan berarti aku tak mampu menyelesaikannya, tapi karena aku tidak suka perdebatan. Aku lebih baik mengalah daripada harus berdebat. Aku cinta kedamaian (padahal konflik tanpa perdebatan tentu tak akan menemukan pemecahannya). Aku juga sangat pemalas, mudah sekali merasa malas, bila sedang semangat untuk mengerjakan sesuatu namun tiba-tiba ada yang menghambat, seketika juga aku jadi malas untuk melanjutkannya, terlalu mudah patah. Aku butuh orang-orang yang bisa memotivasiku agar bangkit lagi. Aku sangat suka menunda-nunda pekerjaan, dan pada akhirnya akan menumpuk di injury time (pinjam istilah sepakbola). Dalam pergaulan, aku paling sulit untuk mengatakan "TIDAK", padahal aku tahu hal itu bertentangan dengan hal yang semestinya. Aku paling sulit untuk menolak, apalagi bila itu sebuah permintaan dari orang-orang yang aku sayangi. Aku tidak ingin mengecewakan mereka, sehingga aku tidak bisa berkata "TIDAK". Bila aku mengecewakan mereka, maka aku akan merasa sangat bersalah, padahal terkadang bukan aku yang salah.

Sungguh sangat berbahaya perpaduan ini bila yang negatif sama-sama kuat menguasai lahir-batinku. Tapi aku sedang berusaha menggali potensi positif dari kedua kepribadian ini. Aku sedang belajar, aku sedang berusaha. Aku tahu, semua itu tidak bisa dihilangkan karena sudah menjadi karakterku, tetapi setidaknya bisa diubah. Perlahan tapi pasti, akan kugali sisi positif Melankolis-Plegmatis itu, aku akan mengubah diriku ke arah yang lebih baik lagi. Semua karakter kepribadian itu punya sisi positif dan negatif, semuanya baik, karena semua ciptaan Tuhan pasti baik adanya.