senja itu, di tepi lapangan bola...
"aku lelah, baru pulang kerja, kau mau apa Jun?"
"hanya ingin mengobrol denganmu, Rin..."
"hanya itu?"
"Iya..."
"Kalau begitu, maaf. Mungkin lain waktu."
"Tunggu sebentar, Rin."
"Aku lelah, Jun. Butuh istirahat."
"Duduklah sebentar di sini bersamaku, menikmati langit sore ini."
"Untuk apa lagi?"
"Tidak, tidak ada maksud apa-apa."
"Kau selalu begitu!"
"Apanya?"
"Iya, kau selalu begitu, selalu tanpa alasan yang jelas."
"Kau pun begitu. Semua hal selalu butuh alasan."
"Tentu! Kau hidup di dunia ini pun karena ada alasannya."
"Apa?"
"Karena kau dilahirkan, dan karena kau belum mati."
"Lalu sekarang, kau inginkan alasan apa?"
"Bisakah kau jelaskan tentang ini semua?"
"Tentang apa?"
"Tentang kita... Ini kau sebut apa?"
"....."
"Mengapa begini?"
"....."
"Hey, aku bicara padamu Jun... Jawab aku..."
"....."
"Bagus, kau hanya diam, semakin jelas..."
"Tunggu Rin, aku bisa jelaskan..."
"Ayo jelaskan, sudah terlalu lama aku menunggu penjelasanmu..."
"Aku hanya bingung bagaimana menjelaskannya."
"Sekarang begini saja, aku hanya ingin tahu, berapa lama lagi aku harus begini?
"Begini apanya?"
"Atau... Beri aku alasan yang tepat, mengapa aku harus seperti ini?"
"Tunggu Rin, sebenarnya kau sedang membicarakan apa?"
"Kau pura-pura bodoh atau sengaja ingin membodohiku, Jun?"
"........"
"Kau diam lagi. Baiklah kalau begitu. Cukup sampai disini."
"Rin..."
Aku muak..."
"Rin..."
"Sudah, aku mau pulang, aku lelah, silahkan nikmati sendiri matahari senjamu itu..."
"Rin.....!!!!"
"Terima kasih untuk ketidak-pastianmu selama ini. Kau menang, aku menyerah, dan sekarang aku ingin pulang..."
"....."
matahari senja tetap di sana, seakan tak ingin berlama-lama menyaksikan mereka, semakin mempercepat lajunya.... gelap pun segera meraja...
"aku lelah, baru pulang kerja, kau mau apa Jun?"
"hanya ingin mengobrol denganmu, Rin..."
"hanya itu?"
"Iya..."
"Kalau begitu, maaf. Mungkin lain waktu."
"Tunggu sebentar, Rin."
"Aku lelah, Jun. Butuh istirahat."
"Duduklah sebentar di sini bersamaku, menikmati langit sore ini."
"Untuk apa lagi?"
"Tidak, tidak ada maksud apa-apa."
"Kau selalu begitu!"
"Apanya?"
"Iya, kau selalu begitu, selalu tanpa alasan yang jelas."
"Kau pun begitu. Semua hal selalu butuh alasan."
"Tentu! Kau hidup di dunia ini pun karena ada alasannya."
"Apa?"
"Karena kau dilahirkan, dan karena kau belum mati."
"Lalu sekarang, kau inginkan alasan apa?"
"Bisakah kau jelaskan tentang ini semua?"
"Tentang apa?"
"Tentang kita... Ini kau sebut apa?"
"....."
"Mengapa begini?"
"....."
"Hey, aku bicara padamu Jun... Jawab aku..."
"....."
"Bagus, kau hanya diam, semakin jelas..."
"Tunggu Rin, aku bisa jelaskan..."
"Ayo jelaskan, sudah terlalu lama aku menunggu penjelasanmu..."
"Aku hanya bingung bagaimana menjelaskannya."
"Sekarang begini saja, aku hanya ingin tahu, berapa lama lagi aku harus begini?
"Begini apanya?"
"Atau... Beri aku alasan yang tepat, mengapa aku harus seperti ini?"
"Tunggu Rin, sebenarnya kau sedang membicarakan apa?"
"Kau pura-pura bodoh atau sengaja ingin membodohiku, Jun?"
"........"
"Kau diam lagi. Baiklah kalau begitu. Cukup sampai disini."
"Rin..."
Aku muak..."
"Rin..."
"Sudah, aku mau pulang, aku lelah, silahkan nikmati sendiri matahari senjamu itu..."
"Rin.....!!!!"
"Terima kasih untuk ketidak-pastianmu selama ini. Kau menang, aku menyerah, dan sekarang aku ingin pulang..."
"....."
matahari senja tetap di sana, seakan tak ingin berlama-lama menyaksikan mereka, semakin mempercepat lajunya.... gelap pun segera meraja...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar