welcome to the page

welcome to the page

Senin, 24 Februari 2014

Kembali (The End of Story, Part 1)

Kini aku duduk di antara mereka berdua, tapi aneh, mereka tak menyadari keberadaanku. Aku seperti tak terlihat. Tunggu, ini seperti di alam lain. Aku berdiri, kemudian melambaikan tanganku di depan wajah mereka satu persatu, tapi ternyata mereka tetap tidak melihatku. Kali ini aku mencoba menyentuh mereka, tapi betapa kagetnya aku ketika tanganku malah menembusi tubuh mereka. Tidak! Ini tidak mungkin. Tidak mungkin aku sudah mati. Aku panik, semakin menggila, aku malah berusaha memukul-mukul mereka, tetap tidak bisa. Kemudian aku mencari sesuatu, apapun itu, untuk bisa kusentuh, untuk memberi tanda bahwa aku ada di antara mereka. Sial! Aku masih tetap tidak bisa. Aku putus asa, lalu aku mencoba duduk lagi, berusaha mengatur nafasku, mencoba untuk tenang. Aku ingin mendengarkan percakapan mereka.

"Maaf, Bu. Maafkan aku."

"Sudahlah Nak Jun, tidak ada yang perlu dimaafkan, tidak ada yang perlu disesali. Semua sudah terjadi."

"Aku tidak pernah menyangka kalau perasaan Rin ternyata sedalam itu."

"Ibu tidak pernah ingin mencampuri segala urusan Rin, namun satu hal yang Ibu tahu, selama dua tahun ini sudah banyak pria yang berusaha mendekati Rin, tapi Rin selalu menghindar. Rin seperti menutup diri dari pria-pria itu. Sepertinya Rin hanya menunggu seseorang. Mungkin Nak Jun tahu siapa orang yang Ibu maksud."

"Kupikir dia mengerti. Aku hanya takut persahabatan kami rusak."

"Dan tanpa Nak Jun sadari, Nak Jun sendiri yang sudah merusaknya."

"Aku? Merusaknya?"

"Nak Jun memilih bersama orang lain, menghilang tanpa kabar, tanpa alasan, tanpa kejelasan dan kepastian. Kemudian tiba-tiba muncul lagi tanpa merasa berbuat salah, seolah tak terjadi apa-apa. Andai dulu Nak Jun menjelaskan semuanya, Rin tidak mungkin sesakit itu."

"Kupikir Rin tahu kalau aku sengaja begini agar persahabatan kami tetap terjaga."

"Nak Jun tidak pernah mengatakan padanya, bagaimana dia bisa tahu?"

"Bu, Rin juga tidak pernah mengatakan tentang perasaannya padaku."

"Nak Jun, Rin itu perempuan. Tidak mungkin dia mengatakannya terlebih dahulu."

"Ini sudah jaman emansipasi wanita Bu."

"Baiklah, tidak usah menggurui Ibu tentang emansipasi."

"Maaf Bu, tidak bermaksud begitu."

"Baiklah, tidak usah bicara tentang itu. Sekarang Ibu ingin tahu, bagaimana perasaan Nak Jun sebenarnya pada Rin?"

"...................."

"Nak Jun? Kenapa diam?"

"Sebenarnya aku............"

"Kenapa?"

"Sebenarnya aku, juga.... Juga menyimpan perasaan itu Bu."

"Sejak kapan?"

"Sejak dua tahun yang lalu, ketika aku mulai bersama Nay......."


Bersambung.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar