ketika itu senja, kita duduk
di tempat yang sudah lama sekali tidak pernah kita kunjungi... kita
hanya berdua, iya, hanya berdua, seperti waktu itu... seperti dua tahun
yang lalu... lalu kau membuka percakapan kita...
"sudah lama sekali kita tidak kesini... tapi tempat ini tidak ada yang berubah... masih sama seperti terakhir kita kunjungi..."aku terbawa emosi, segera saja aku meluncurkan kalimat yang cukup pedas. itu semua di luar kendali, aku sendiri tak sadar kenapa aku bisa mengucapkan kalimat itu. sungguh, emosi yang sedang menguasaiku saat itu. dan kau pun terdiam sesaat...
"iya, masih sama...."
"apa kabarmu? sudah dua tahun kita tidak bertemu, aku kehilangan kabarmu..."
"seperti yang kau lihat sekarang."
"kau terlihat baik..."
"ya, begitulah..."
"tapi kau sedang tidak baik. aku tahu itu."
"sok tahu..."
"sudahlah, jangan ketus, hari ini aku meminta bertemu denganmu bukan untuk ribut..."
"lantas untuk apa lagi? bukankah kau sudah memilih untuk menjauh? dan aku sengaja tidak menghubungimu lagi agar kau tenang menjalani kehidupan barumu... lalu sekarang? untuk apa kau kembali lagi?"
"aku rindu padamu..."kali ini aku yang terdiam, tersentak mendengar kalimatmu barusan. masih setengah tak percaya dengan apa yang kudengar. aku tak yakin, tapi sepertinya memang begitulah yang kudengar. lalu selanjutnya aku pun bingung, apakah harus senang atau sedih mendengarnya....
"omong kosong..."
"aku serius... aku merindukan kebersamaan kita yang dulu... "
"jadi begini sikapmu di belakangnya...? sudahlah, jangan memberi harapan-harapan kosong lagi padaku, aku sudah lelah... cukup..."
"aku dan dia sudah putus..."
"ada sesuatu yang beda. aku pun bingung itu apa. aku memang sayang padanya, tapi entah kenapa dua tahun berjalan, rasanya begitu hampa, seperti ada yang hilang. teman-temanku bilang, sejak bersamanya aku jadi berubah. aku sendiri tak mengerti apa yang salah. dia pun bilang begitu, semakin lama aku semakin aneh."lalu kita terdiam lagi, larut dengan pikiran masing-masing... di satu sisi aku bahagia, ternyata jauh di dalam hatimu, aku punya tempat yang spesial. tapi di sisi lain, aku juga kecewa. kau tak punya ketegasan. tiga tahun kita jalani hubungan yang entah disebut sebagai apa, lalu kemudian kau menghilang begitu saja, dan kudengar kabar kau sudah bersama dia. dan sekarang tiba-tiba kau muncul lagi dengan sejuta ceritamu yang entah benar atau tidak. aku tak tahu... kau kecewakan dia... aku tahu rasanya kecewa... dua tahun lamanya aku seperti gadis putus asa, menutup hati bagi setiap lelaki, hanya karena menunggumu kembali. dan benar saja, kini kau memang kembali, tapi aku wanita, aku tahu bagaimana perasaannya... aku tahu... aku sangat tahu...
"apa? kau ini bicara apa?"
"dengarkan saja dulu..."
"apa aku masih punya hak untuk mendengar? bukankah dulu kau memilih dia pun aku tak pernah tahu alasannya..."
"sudah, jangan ketus lagi, terserah apa katamu, yang jelas sekarang dengarkan saja dulu..."
"terserah kau..."
"hmmmh, baiklah, kuakui, dua bulan terakhir adalah yang terparah, aku mulai dingin dengannya, dan ternyata aku mulai menjauhinya. yang ada di pikiranku saat itu hanya kau... aku mulai seperti orang gila..."
"kenapa? bukankah kau memang gila?"
"iya, aku gila. aku baru sadar kalau aku meninggalkanmu, melupakanmu begitu saja tanpa kalimat perpisahan... tanpa alasan..."
"untuk apa? bukankah memang tak perlu? aku bukan siapa-siapa... aku hanya orang yang dulu begitu terobsesi mengejar-ngejar kau... yang kemudian kau tinggalkan setelah kau beri banyak harapan..."
"aku salah... maafkan aku...."
"jadi sekarang apa maumu?"lagi, ada jeda lagi di antara kita. aku tak tahu apa yang ada di pikiranmu sekarang. yang jelas, sekarang aku sedang sibuk mengatur nafasku dan detak jantungku yang bekerja dua kali lebih cepat. sial! air mataku jatuh...
"aku ingin kau maafkan aku..."
"iya, sudah kumaafkan..."
"begitu sajakah?"
"lantas, kau mau apa lagi?"
"aku ingin kita yang dulu..."
"setelah semua ini, kau ingin kita seperti dulu lagi? di atas kekecewaannya? tidak!..."
"kenapa? bukankah dulu kau pernah sangat menginginkanku? kau tidak rindu saat kita menonton stand up comedy bersama? kau tidak rindu saat kita menonton arsenal bertanding? dan terakhir, apa kau tidak rindu saat kita bernyanyi lagu "the messenger" bersama? bukankah dulu kita pernah saling menguatkan? bukankah dulu kita pernah saling menyemangati? kemana semua yang dulu? tidakkah kau ingin mengulang semua itu?"
"hey, ada apa denganmu? kenapa jadi kau yang bertanya seperti itu? harusnya aku yang bertanya seperti itu... dengar baik-baik ya... aku memang pernah sangat menginginkanmu, aku sangat rindu saat kita nonton stand up comedy bersama, menonton arsenal bertanding, dan menyanyikan lagu "the messenger" berdua, aku sangat merindukan itu semua... sangat...!!! tapi tidakkah kau sadar kalau kau yang sudah menghancurkan semuanya? aku memang sangat merindukan kita yang dulu, tapi sekarang semuanya sudah berbeda..."
"jujur, aku masih sayang padamu, tapi aku mulai lelah... tiga tahun bersamamu tanpa kejelasan, dan dua tahun bertahan dalam pengharapan, seperti sudah menguras habis energiku..."aku berdiri dan beranjak dari bangku taman itu, berjalan menjauhi kau yang masih duduk terdiam di situ...
"kita bisa mulai lagi dari awal... aku memang bodoh, aku memang jahat sudah mempermainkan perasaanmu... maafkan aku..."
"aku juga minta maaf, sepertinya tidak bisa sekarang..."
"aku akan menunggumu..."tak kuhiraukan... aku terus berjalan... menjauh darimu... hatiku hancur... kau kembali tapi kau menghancurkan hatinya... entah harus kuterima atau tidak... ini adalah buah dari penantianku, tapi hati masih terselip ragu... seberapa lama lagi hati ini harus menderita karenamu? entah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar