Lagi-lagi aku melanggar jam malamku, berkali-kali ingin bertualang di alam mimpi lebih awal namun berkali-kali juga aku gagal... Entah apa sebenarnya yang dimau diri ini, terkadang jiwa dan raga seperti saling memberontak satu sama lain. Ketika jiwa ingin bertapa dalam sunyinya, raga memaksa untuk terus bekerja. Ketika raga protes ingin rehat, sang jiwa malah mendebat. Seperti ada dua pribadi yang telah menyatu, terperangkap dalam diriku, dan akhirnya sibuk ingin memenuhi keinginannya masing-masing.
Malam ini terlarut dalam nostalgia semasa SMA.
Seragam putih abu-abuku itu, entah sudah bersemayam dimana.
Aku rindu seragam itu, sayangnya tak mungkin lagi kusentuh.
Foto-foto yang menuturkan kisah gila bersama teman-teman kurang waras pun lenyap tak bersisa.
Ternyata di jaman secanggih ini pun,
satu-satunya memory card yang paling ampuh adalah "OTAK" kita sendiri.
Kertas-kertas gambar wajah lugu kita boleh saja musnah,
tapi memori di otak ini tentang kegilaan kita tak akan pernah punah.
Hanya waktu dan ajal yang bisa menghapusnya...
Terpatut diri di depan layar ini, haruskah ditemani sang kopi? Sementara instrumen terus mengalun berulang kali, memori gila semasa SMA itu semakin menjadi-jadi.
Obsesi lama yang ingin menuliskannya dalam satu cerita, sempat musnah begitu saja.
Kini ia kembali lagi, memanggil-manggil lagi,
seolah tak ingin lari dari memori, seakan mengingatkan bahwa kapasitas otak pun terbatas, memintaku untuk melanjutkan lagi obsesi itu.
Entah kapan, entah akan berawal dimana, entah akan menceritakan tentang apa...
Sepertinya aku perlu mengumpulkan lagi kepingan-kepingan cerita itu,
perlu kususun lagi, agar lebih mantap untuk dinikmati.
Secuil kisah gila semasa SMA, namun kenangannya hingga menutup usia.
23:51, malam haru biru,
Howard Shore mengalun merdu,
dan kalian menari indah di memoriku...
miss u all my friends...
SHS #18, XIIA3


Tidak ada komentar:
Posting Komentar