di loteng tak berujung itu, yang katanya
siang panas bagai di sauna dan malam dingin bagai di antartika... loteng tak
berujung yang punya daya magnet sangat kuat...
mengamati pola tingkah laku mereka dari
sudut berjendela... aktivitas di loteng tak berujung ketika kedua jarum jam
hampir bertemu di angka 12 dan gelap menyelimuti...
di sisi depan,
terlihat dua perempuan sedang bercengkrama, sepertinya sedang berbagi isi hati, mengutarakannya hanya
empat mata itu sepertinya lebih menyenangkan... selain nyaman, tentu
melegakan... rasa galau pun terhalau...
bergeser ke
sisi sudut ruang, masih bagian depan, ada dua laki-laki yang sedang mencoba
untuk tidur. sayangnya, keadaan sepertinya tidak mengizinkan mereka untuk
segera terpejam... lalu pada akhirnya hanya canda tawa dan tingkah unik yang
terjadi... sementara satu laki-laki dengan nyamannya terlentang di lantai tanpa
alas, sendirian, berusaha memejamkan mata, namun terusik juga oleh dua
laki-laki yang sibuk bercanda di belakangnya...
beralih ke
sudut sisi belakang... terlihat dua laki-laki dan dua perempuan yang sedang
sibuk dengan laptop mereka. sementara televisi dibiarkan menyala, mereka malah
asyik ber-wi-fi-ria. seakan telah terjadi emansipasi, kali ini televisi yang
menonton manusia...
ketika kaki
melangkah melintasi lorong panjang, di ruang pertama terlihat KP bersama Sekjen
dan dua bironya sedang asik menonton film dokumenter mereka, film yang terlihat
asal-asalan namun sangat berkesan... sederhana namun berharga...
sementara di
kamar yang seharusnya jadi tempat para laki-laki, namun ketika populasi
perempuan melebihi kapasitasnya sehingga para laki-laki mengalah, di kamar itu
terlihat beberapa perempuan yang sedang bersiap untuk tidur. mempersiapkan alas
tidur, sibuk mencari bantal dan guling, bahkan sibuk mencari posisi...
beranjak ke
kamar satu lagi, kamar terakhir, kamar yang memang khusus untuk para perempuan.
mereka sudah terlelap dalam alam mimpi, tak ada lagi suara, tak ada lagi
aktivitas, yang ada hanya keheningan yang sesungguhnya...
lalu kaki
menuntun kembali ke sudut berjendela, kini giliran diri ini menikmati malam sambil
mendengarkan lantunan lagu-lagu favorit dari mp3. tapi sayangnya, sepertinya
nyamuk-nyamuk penghuni tempat ini merasa terusik dengan keberadaanku di sudut
berjendela ini, mereka seperti berusaha mengusirku. kini giliranku untuk beranjak ke sudut lain,
mata ini harus terpejam, meski –jujur– bila berada di loteng tak berujung ini
mata sangat sulit terpejam...
dinamika
anak-anak loteng tak berujung, kesederhanaan dalam kebersamaan... semoga tak
hanya malam kemarin, semoga kebersamaan itu selalu ada selamanya. meski raga
tak selalu bersama, namun cerita tentang kita akan selalu ada. loteng tak
berujung ini akan menyimpannya dengan manis sampai kita tak lagi ada.
- dirgahayu PMKRI cb. Palembang Santo Beda
Yang Tekun ke-49
Tidak ada komentar:
Posting Komentar