Ketika sore, menghabiskan waktu di jalan raya, menikmati hiruk pikuknya kota...
Hanya terlintas begitu saja, ketika melihat para penguasa jalanan mulai beraksi di saat volume kendaraan semakin membludak dan melewati batas kapasitas jalan raya.
Terkadang berfikir bahwa mereka seperti vampir yang sedang haus darah, para pengguna jalan adalah mangsa utamanya. Ya, tahu sendiri, pengguna jalan raya itu sepertinya memegang prinsip "pelanggaran dibuat untuk dilanggar", banyak rambu yang dengan sengaja dilanggar, bahkan di depan mata para vampir haus darah itu sekalipun. Seperti nyamuk yang dengan pasrah (atau bodoh) lewat di depan mulut cicak kelaparan yang sedang menganga...
Tapi jangan salah, walau mereka seperti vampir haus darah, mereka juga sama seperti karakter Sam Uley di serial Twilight Saga, suaranya paling didengar di antara kumpulannya. Yah, benar, si penguasa jalanan ini juga begitu, ketika lampu rambu lalu lintas sudah tidak mampu mengendalikan arus kendaraan, mereka sendiri yang akan langsung turun tangan. Mereka akan mengatur sendiri jalannya gelombang kendaraan.
Lalu tiba-tiba terbayang sesuatu, kuanalogikan dengan hidup yang sedang kujalani...
Seperti di jalan raya, aku adalah si pengguna jalan itu, dan Dia Yang Di Atas Sana adalah sang penguasa jalan raya. Dia Yang Di Atas Sana sudah memberi banyak rambu untukku. Tapi aku malah dengan sengaja tanpa rasa bersalah melanggar rambu-rambu itu. Untuk permulaan, aku hanya ditegur, diberi peringatan ringan. Bukannya jera atau takut, aku tetap mengulangi pelanggaran yang sama untuk yang kesekian kalinya. Hingga pada akhirnya, Dia Yang Di Atas Sana langsung mengambil alih kendali sepenuhnya. Tanpa ada peringatan lagi....
Sepertinya memang sudah terlalu banyak pelanggaran yang aku lakukan, sampai-sampai Sang Penguasa Kehidupan memilih untuk langsung menangani sendiri jalannya kehidupanku... OK, fine, aku terima semuanya... Tapi tolong, izinkan aku untuk menangis, seperti penguasa jalanan yang memberikan kesempatan bagi para pengguna jalan untuk memberikan argumennya. Setidaknya, biarkan aku menemukan alasanku untuk menangis setelah aku melakukan kebodohan selama ini. Ya, pelanggaran yang kubuat di depan mataMu adalah kebodohanku sendiri... Semoga pengampunan itu masih ada, meski tetap ada harga yang harus dibayar...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar